ting... ting...
denting jarum jam dinding
mengejekku yang hanya diam
terpaku disudut kamar yang temaram cahaya
hanya angin yang sesekali berbisik
meracuni pikiran dengan segala janji-janji
tapi aku tetaplah diam
sesaat kemudian setan-setan kecil berlari-lari menggodaku
mengganggu jalan fikirku yang tadinya jernih
namun kemudian aku tetap diam
membuat setan-setan itu murka
hingga sang setan dewasa datang
dia merongrongku
dia mulai berkhotbah layaknya kiayi
mengumbar rayuan indahnya duniawi
aku tetap diam tak menggubrisnya
lalu dia kalap dan muntap
dia menggoncang seluruh tubuhku
beribu caci keluar dari mulutnya
aku lihat kini wujud aslinya
tapi hanya dengan ekor mata
itu pun membuatnya semakin berang
tapi aku tetap diam
dia semakin meninggikan suaranya
mencerca sejadi-jadinya
membuat kedua telingaku bising
aku semakin terganggu
aku pun berteriak lantang didepan mukanya
diam..............
seketika semua sirna....
tinggal aku yang kini kembali diam sendirian
di sudut ruangan yang temaram cahaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar