3 Januari 2013
Hari ini hujan gerimis mengguyur seluruh kota. Awan kelabu berarak-arak membawa titik-titik air dan menumpahkannya ke bumi. Sudah dari semalam hujan gerimis itu tak juga reda. Sepertinya alam pun berduka bersama kedukaanku yang terlupakan oleh cinta namun tetap saja mengharapkannya. Sungguh menyedihkan untuk dikenangkan walau sekedar terbesit sejenak saja tanpa sengaja sekalipun. Kisah sedih yang belum juga berganti kebahagiaan.
Seketika suasana hati yang tadinya berharap akan semangat baru dalam memulai hari berubah menjadi kemurungan tanpa antusias. Sepertinya aku saat ini dikerubungi mega-mega duka yang sangat menghimpit dan menyesakkan dada. Seolah-olah tiada udara untuk bernapas lega, semuanya hanya kehampaan dan kesunyian yang merayap dan menggerogoti hingga ke setiap sendi. Apa lagi pagi ini di saat aku tiba di kantor, semua berita yang kemarin masih pantas untuk aku ragukan kini telah nyata dan tebukti jelas. Jadi bagaimanakah aku harus bersikap menghadapi kemelut yang tiba-tiba datang menyergap tanpa pertanda apa-apa. Aku hanya terdiam dan sesaat seperti kehilangan jiwa. Itu sangat tidak menyenangkan.
Benar aku pernah merasa begitu bosan dengan segala pekerjaanku yang selama setahun ini terasa sangat melelahkan. Namun tidak pernah terpikir olehku untuk pindah kantor karena bagiku itu bukan solusi mengatasi semua kebosananku. Rasanya cukup bagiku mengambil cuti dan liburan yang dapat menyegarkan jiwa dan pikiran sehingga akan siap kembali menghadapi semua tantangan pekerjaan tahun ini. Seakan-akan aku terpuruk dalam keputus asaan.
Kemudian aku mencoba membangkitkan harapanku untuk suatu peluang yang baru. Merenda asa akan bantuan atasan kantorku dalam menyelesaikan permasalahan ini. Namun semuanya pupus juga tiada meninggalkan bekas. Semuanya tidak mampu melawan sebuah ketetapan dari pejabat yang lebih berkuasa. Malah mereka juga menerima imbas dari sikap mereka membelaku. Sikap dan perlakuaan yang sangat tidak terhormat seolah-olah bukan keluar dari sebuah cerminan orang yang patut dihargai melainkan seorang begundal jalanan yang tidak terpelajar. Dan lagi-lagi ini membuatku miris hati karena secara tidak langsung akulah penyebababnya. Sungguh-sungguh miris.
Hari ini aku menerima satu kenyataan bahwa mau atau tidak aku akan dipindahkan dari kantorku yang sekarang ke kantor yang baru. Suka atau tidak semuanya harus dijalani dan tiada tawar-menawar akan semuanya itu. Maka aku akan berdamai dengan diriku sendiri dan menjalani semua keputusan yang diberikan kepadaku walau jauh di lubuk hati aku membenci keputusan ini. Bukankah tiada guna melawan arus? Akan lebih baik mengikuti arus agar menghemat tenaga dan berusaha mencari jalan untuk menyelamatkan diri ketepi.
***
Tadi siang aku sempat bertemu dengan Uya. Kami sempat berbincang hampir 40 menit lamanya hanya dengan berdiri saja. Uya tahu aku di mutasi namun bukanya menghiburku malah membebaniku dengan sikap yang sangat kolokan. Dia mengambek hanya karena aku telat membalas pesannya. Membuat hatiku meradang dan berang sampai-sampai aku membalas semua komplainnya dengan mengatakan ketidaksukaanku terhadap sikapnya itu. Seharusnya dia dapat bersikap lebih dewasa dan bertanya dengan baik agar semuanya jelas. Akan lebih baik bila semuanya dapat dibahas dengan ketenangan.
Namun dia malah mengatakan aku berubah. Sikapku tidak seperti dulu dan bahkan mencurigai bahwa semua penyebab perubahan sikapku karena tidak pernah ada kemesraan diantara kami. Aku tidak dapat menerima semua ucapannya dan langsung saja membantahnya. Bermesraan bukan merupakan suatu keharusan dalam hubungan yang belum ada ikatan pasti. Bukan pula berarti aku menolak kemesraan di antara kami. Tapi aku ingin semua itu terjadi secara alami dan bukan karena keterpaksaan dan hanya dorongan agar sama dengan orang lain. Jangan membandingkan segala sesuatu dengan orang lain karena setiap orang berbeda dan berbeda pula cara menjalin hubungan di antaranya.
Setelah berpanjang lebar berbicara dan saling mengungkapkan perasaan hati akhirnya semuanya lebih jelas walau sebenarnya tidak benar-benar dapat terselesaikan dalam waktu singkat yang hanya 40 menit itu. Akan butuh lebih banyak waktu untuk membahas semua keinginan dan meyamakan persepsi dalam menjalin sebuah hubungan. Perlu suatu pengertian dan itulah yang susah dimiliki oleh setiap pasangan. Banyak kita lihat pasangan yang sudah berumah tangga bahkan sudah memiliki putra dan putri mengalami masalah dalam perjalanan hidupnya. Ada yang berhasil melaluinya ada pula yang tidak. Perlu sikap saling pengertian dalam melewati semua itu. Karena bila tidak benar-benar memahai dan mengerti pasangan kita maka pasti kehancuran juga di ujung-ujungnya.
Ah sudahlah kita lihat saja bagaimana takdir tuhan membawa akhir hubungan ini. Seiring waktu akan ada jawaban dimana muara setiap masalah. Akan ada jalan keluar dari setiap labirin yang membingungkan dan menyesatkan walaupun butuh waktu lama untuk menemukannya. Sama halnya dengan semua permasalahan yang dihadapi saat ini. Masalah mutasi pekerjaan, hubungan asmara dengan Ai dan Uya serta semua masalah lain dalam hidup pasti ada penyelesaiannya. Saat aku menulis semua ini aku telah ikhlas dengan semuanya. Aku yakin dan percaya semua dikehendaki tuhan karena dia maha mengetahui yang terbaik.
Hanya itu kisahku hari ini. Semoga tidak membuat kalian ikut bersedih ataupun merasa bosan dalam membacanya. Sampai jumpa esok hari dan selamat malam.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar