Label

Rabu, 15 Februari 2012

TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA


TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA

1.      Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural sendiri merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari     sektor  pertanian ke sektor industri     atau jasa, dimana setiap perekonomian akan mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian  ke  sektor  industri. Perubahan  struktur  atau  transformasi  ekonomi  dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi permintaan, perdagangan, produksi dan  faktor-faktor  lain  yang  diperlukan  secara  terus  menerus  untuk  meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan   pendapatan   perkapita (Chenery  1960,  1964;  Chenery,  Robinson  dan  Syrquin  1986;  Chenery dan Syrquin 1975; Chenery dan Taylor 1968; Chenery dan Watanabe 1958). Selanjutnya, Nasoetion  (1991)  mengatakan  bahwa  transformasi  struktural  adalah  gejala  alamiah yang  harus  dialami  oleh  setiap  perekonomian  yang  sedang  tumbuh.  Oleh  sebab  itu kebijaksanaan   rekayasa   transformasi   struktur   ditujukan   untuk   memaksimumkan dampak positif dari transformasi tersebut. Untuk Indonesia, Hill (1996) menguraikan transformasi    struktural pada periode 1966–1992 dengan obyek penelitian perekonomian  Indonesia.  Hasil  penelitian  menunjukkan,  bahwa  transformasi  yang terjadi  di  Indonesia  pada  kurun  waktu  tersebut  dinilai  sangat  terlalu  cepat.  Hal  ini ditandai dengan sumbangan sektor pertanian terhadap Gross Domestic Product (GDP) telah menyusut hingga kurang dari setengahnya sejak tahun 1966, dan pada tahun 1992 sumbangannya  hanya  tinggal  36%.  Penurunan  ini  ternyata  diikuti dengan kenaikan sumbangan sektor industri (secara luas mencakup pertambangan, industri manufaktur, fasilitas  umum  dan  kontruksi), yang  sumbangannya  pada  saat  itu  sebesar  35%  lebih besar dari nilainya pada pertengahan dekade 1960-an.
Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah penduduk, penyediaan kesempatan kerja, distribusi pendapatan, tingkat output yang dihasilkan, penghapusan atau pengurangan tingkat kemiskinan, penerimaan pajak dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam pembangunan ekonomi hubungan dan keterkaitan antar sektor-sektor perekonomian akan selalu terjadi. Dengan kata lain setiap sektor perekonomian saling mempengaruhi dan saling ketergantungan satu dengan yang lain. Pada umumnya setiap negara mempunyai sektor-sektor ekonomi andalan sebagai pemacu timbulnya kegiatan perekonomian atau sebagai penyangga perekonomian negara tersebut.
Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde Baru  hingga kecenderungannya  pada  era  globalisasi  pada  tahun  2020  nanti, maka akan kita peroleh suatu perkembangan yang “taat asas”. Artinya, produk unggulan  maupun  andalan  pemasukan  devisa  (PDB)  secara  perlahan  namun pasti menunjukkan pergeseran dari sektor primer, sekunder dan tersier. Hal ini secara langsung juga membawa pengaruh terhadap perubahan struktur sosial masyarakat, dari budaya pertanian tradisional menjadi budaya industri modern.
Pada   akhir   tahun   1980-an   atau   awal   tahun   1990-an,   terjadi   transformasi struktural  ekonomi  yang  cukup  besar  yaitu  bergesernya  peranan  sektor  yang  dominan dari  sektor  pertanian  ke  sektor  industri  manufaktur,  dimana  kontribusi  sektor  industri manufaktur  (23.5%)  lebih  tinggi  dari  sektor  pertanian  (16.5%)  selama  periode  tahun
1990  -1996.  Terjadinya  perubahan  struktural  ekonomi  tersebut  karena  didukung  oleh kebijakan  pemerintah  yang  langsung  atau  tidak  langsung  mendorong  sektor  industri manufaktur. Dukungan pemerintah terhadap industri manufaktur  tercermin pada GBHN 1993  yang  menyatakan  bahwa  sasaran  pembangunan  industri  manufaktur  pada  akhir PJP  II  adalah  terwujudnya  sektor  industri  yang  kuat  dan  maju  sehingga  mampu menunjang terciptanya perekonomian yang mandiri dan andal. Pada  saat  Indonesia  mengalami  krisis  ekonomi,  dengan  diawali  oleh  krisismoneter pada bulan Juli 1997, sektor perekonomian yang terkena dampak paling besar adalah  sektor  industri  manufaktur.  Pada  tahun  1998,  pertumbuhan  ekonomi  Indonesia sebesar 13.1%, hampir seluruh sektor perekonomian mengalami kontraksi/pertumbuhan  negatif (sektor pertanian, peternakan, kehutanan  dan perikanan mengalami  kontraksi  paling  rendah  sebesar  -1.3%),  hanya  sektor  listrik,  gas  dan  air minum yang tumbuh positif sebesar 3.0%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar