Label

Rabu, 15 Februari 2012

SALAH LANGKAH


Hari ini terasa begitu melelahkan, aku yang baru saja tiba di rumah langsung merebahkan badanku di tempat tidur. Mataku terasa begitu berat, tubuhku letih. Aku menguap lagi tandanya aku butuh tidur. Benar-benar butuh tidur pulas.

Ahhhhh……………………

Aku menguap untuk kesekian kalinya. Kupejamkan mata dan aku mulai terbuai alam mimpi.

Tok …tok….

Bunyi ketukan pintu yang membuat aku terbangun dari tidur pulasku.

Ahhhhh…………………

Aku menguap dan merenggangkan otot dan persendianku.

Kupandangi jam butut di dinding kamarku yang mulai terkelupas catnya. Baru pukul 6 pagi. Masih terlalu pagi. Siapa sih pagi-pagi begini? Tanya ku sambil bergumam.

Tok… tok… “Hendra… bangun!”

Suara seorang perempuan tua yang membangunkan aku. Suara itu sudah tidak asing lagi. Itu pasti bu Hartati. Ibu kos yang datang menagih tunggakan uang bulanan kos, kataku dalam hati.

Dengan tubuh yang masih sedikit sempoyongan aku bangun menuju arah pintu kamarku. Aku membuka pintu kamarku dan kulihat ibu Hartati telah berdiri dengan berdecak pinggang dan sorotan mata tuanya yang tajam.

Walah-walah sampeyan baru bangun tidur jam segini. Pantesan rejeki sampeya serek, habis dipatok ayam.

Aku hanya terdiam mendengar celotehan bu Hartati.

Mana uang tunggakan yang sampeyan janjikan. Saya tak mau dengar tidak ada lagi. Ini sudah 3 bulan sampeyan menunggak. Saya sudah cukup sabar dan memberikan sampeyan waktu ngelunasi.

Maaf bu kasi saya sedikit waktu lagi. Saya janji pasti saya akan lunasi.

Edan ya sampeyan. Ini sudah 10 hari saya berikan waktu untuk ngelunasi. Eh sampeyan minta waktu lagi. Saya tidak mau tahu sampeyan harus melunasi hari ini juga. Masih banyak yang mau menyewa kamar ini. Kalau sampeyan gak sanggup bayar ya terpaksa sampeyan tak usir. Tapi barang sampeyan tak sita untuk melunasi tunggakan. Ya jadi sampeyan keluar atau bayar sekarang.

Tolong bu… kasi sedikit waktu lagi… 2 hari saja. Pasti saya bayar.
Walah tidak bisa, klo sampeyan mau tak kasi waktu sampai nanti malam. Kalau sampeyan tidak bayar juga terpaksa sampeyan keluar dari sini.
Bu Hartati berlalu pergi dengan rasa jengkel padaku. Ahu hanya terdiam melihat kepergiannya.
Hati ku malu dan menciut. Kata-katanya bagai belati yang menusuk-nusuk. Begitu miris dan mengiris. Aku mencoba bangkit dari keterpakuanku. Aku beranjak kearah tempat handuk ku gantungkan. Niat hatiku ingin mandi, sambil melepas sisa-sisa penat di tubuh dan jiwaku. Kuraih handuk yang mulai dekil karna lama tak di cuci. Dengan langkah gontai aku menuju kamar mandi.

Byur…………

Kubasuh badan dengan air yang dingin. Uh… menggigil tubuhku. Sambil mandi pikiranku melayang memikirkan dari mana harus kudapatkan uang untuk melunasi tunggakan kos.

Byur…….
Kubasuh lagi tubuhku. Tiba-tiba setan datang dan berbisik padaku. Membisikkan cara-cara jahat untuk mendapatkan uang. Ah… terlalu beresiko pikirku lagi.

Tak sengaja tangan kiriku menyentuh kemaluan ku. Sentak aku jadi tergoda untuk melakukan masturbasi. Lama sudah tak kulakukan hal itu. Dengan penuh birahi aku memuaskan diriku sendiri. Namun setelah semua selesai sedikit rasa sesal menghambur di jiwaku. Mengapa slalu bila dalam masalah pelarian ku slalu begini. Mengapa…??
Segera kuselesaikan mandiku.

Setelah berpakaian aku menoleh kearah meja, ada bungkusan rokok yang hanya bersisa satu batang rokok. Ah……. betul-betul miskin.

Dengan sigap kuputuskan bangkit dan keluar dari kamar kos ku. Kuhirup angin segar dan kurasakan dinginnya udara bersama embun pagi.

Tiba-tiba kulihat langkah seorang laki-laki keluar dari kamar salah seorang anak kos lainnya. Laki-laki paruh baya. Dia sempat melihat ke arahku. Mungkin ayahnya anak itu pikirku. Tapi aku terkejut waktu dia lewat dari belakangku, kulihat begitu banyak peluh keringat di seluruh tubuhnya hingga membasahi seluruh pakaiannya.

Aku mulai mersa aneh. Udara begitu dingin mengapa dia sampai begitu bercucuran keringat. Aku jadi penasaran. Rasa penasaran yang mendorong ku untuk bangkit dari duduk. Aku melangkah pelan ke arah kamar kos yang penghuninya tidak begitu ku kenal itu.

Aku terkejut sesampai di depan kamar kos yang pintunya terbuka itu. Kulihat penghuninya duduk merokok, dia hanya menutup tubuhnya dengan sehelai kain. Dia melihat ku tajam.

Ada apa Hendra?  Tanyanya dengan lantang.
Aku terkejut karna dia tau namaku.
Kau merasa heran? Ah ini sudah biasa terjadi, kau tak perlu seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa.

Aku hanya bisa menjawab dengan terbatah-batah.
i..iya…
Sudahlah lupakan saja. Kudengar kau sedang ada masalah keuangan ya? Berapa lama kau menunggak uang kos?

i…iya. Sudah …ti…ga.. bulan.

Memang kau tidak kerja?
Aku kerja tapi gajinya cuma cukup buat makan. Jawabku dengan kaku.

Sudah kuduga. Memang kalau kerja sepertimu tak akan pernah cukup. Makanya aku mencari pekerjaan seperti ini.

Maksudnya….?

Ya aku menemani tidur siapa aja yang mau membayarku dengan harga tinggi.
Dan sebaiknya kau juga mencari kerja seperti aku, aku yakin kau tidak akan pernah kesulitan keuangan lagi.
Apalagi wajahmu yang lumayan itu, pasti banyak wanita yang kehausan birahi akan menyukaimu.

Aku sungguh terkejut tak dapat membayangkan maksud kata-katanya. Aku langsung pergi dari kamar itu. Seribu bisikan setan merayu batin, menggoda dengan janji-janji indah.
***

Hari semakin beranjak sore. Aku galau ditengah kebingungan dan desakan waktu yang terus bergulir. Aku menjadi semakin tak berdaya. Godaan setan yang menjanjikan jalan mudah dan cepat untuk mendapatkan uang semakin menggiurkan aku.

Mungkin ada benarnya perkataan orang yang tinggal di sebelah kamar kosanku tadi pagi. Apa sebaiknya ku terima tawaran nya. Seribu perang dalam diriku sendiri. Saling berkecamuk antara baik dan buruk.

Jam dinding di kamarku sudah menunjukan pukul 7 malam. Waktu semakin tak bersahabat pikirku. pikiranku buntu. Tak ada jalan lain aku harus menerima tawaran itu. Ya untuk kali ini saja.
Aku bergegas menemui orang yang tinggal di kamar sebelah kosan ku.

Hai selamat malam, sapa ku kaku.
Loe Hendra ….
Ada apa lagi
Aku mau menerima, tawaran kamu tapi cuma sekali ini aja.
Hahahhaha…..
Terserah kamulah Hendra

Sejak itulah awal jalam hitam ini ku tempuh, aku yang hanya berencana satu kali saja. Malah terjebak dan tak bisa keluar dari jalan yang sesat ini. Seribul sesal dalam hati tak bisa merubah semua yang terjadi. Aku kini hanya bisa menyesali langkah yang salah ku ambil.  Kini hanya tinggal penyesalan bersama rasa sakit yang mulai menggerogoti tubuhku yang meringkih seperti batu lapuk terkena tetesan air ujan terus menerus.
Sudah sebulan sejak aku memeriksakan diri ke rumah sakit umum terdekat dengan kos-kosan ku. Hasil lab yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku sendiri hampir tumbang saat medengar seorang dokter tua berkacamata mengatakan aku terjangkit virus mematikan. Itu buah dari hasil kerja laknatku. Virus yang belum di temukan obatnya, virus HIV. Rasanya dunia mengutukku dan tuhan marah dan murka. Inilah hukuman yang harus kutanggung. Hidupku kini hanya tinggal menghitung detik-detik waktu yang terus berganti. Menanti saat-saat malaikat maut yang perkasa datang mencabut nyawaku dengan kasar karena jijik padaku.

Beribu sesal bercampur makian pada diri sendiri terasa tak berarti apa-apa. Aku telah salah dalam melangkah karena keroposnya iman yang kumiliki. Entahlah, aku hanya bisa berharap tuhan masih mau memaafkan dosaku dan menerima taubat di sisa-sisa hidupku ini.




1 komentar:

  1. WHAT THE FUACK , SAYA TAK BOLEH BACA , TOLONG SAYA!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus