Menyanyilah
langit senja yang menemaramkan surya
Sambut
tangan-tangan dewi malam yang menbawa kesunyian
Pada
peraduan bambu di tengah ilalang gontai
Dipermainkan
jangkrik-jangkrik malam
Hibur
hati yang layu bak bunga di musim kemarau
Merana
hidup kehausan akan air mata langit yang menyejukkan
Saat
berlinang jatuh bercucuran di atas pipi dunia yang mulai renta
Dimakan
usianya yang kian bertambah
Buat
dia lupa sejenak atau biarkan dia amnesia selamanya
Jangan
pernah mengingat kembali raungan bedil yang berpuluh-puluh tahun
Membahana
belahan paling barat indonesia ini
Hingga
setiap kuduk akan merinding bila mengenangnya
Dan
nyalipun menciut menjadi inti atom dengan ukuran nano
Biarkan
sungai air mata dan lautan darah itu kering untuk selamanya
Biarkan
janda-janda dan anak-anak yatim itu kehilangan sakitnya rasa kehilangan
Yang
pernah menyayat hati begitu perih hingga langit ikut bergemuruh
Murka,
mungkin tuhan murka dan jijik pada perbuatan manusia yang biadab
Melebihi
binatang liar dan buas di hutan belantara selawah yang menjulang
Dan
salahkan Dia bila menegurmu dengan tsunami maha dasyat
Yang
menyapu hampir seluruh daratan aceh dan beberapa negara dunia
Kelirukah
gempa dan guruh yang mengguncang dan memporakporandakan
Negri
mu yang berlumuran akan nista yang diciptakan tangan-tangan manusia
Hingga
kalian sadar betapa tiada berartinya kekuatan yang kalian punya
Dan dia
melunakkan hati mu yang membatu selama ini di Helsinki
Menjabatkan
tanganmu yang dulu kaku menebal mengangkat senjata
Menyelipkan
senyum di wajah-wajah mu yang dulu kelam di makan amarah dan dendam
Lihat
kini dunia yang tua renta itu setidaknya bisa tersenyum kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar