Hari ini terasa begitu melelahkan, aku yang baru saja tiba di rumah
langsung merebahkan badanku di tempat tidur. Mataku terasa begitu berat,
tubuhku letih. Aku menguap lagi tandanya aku butuh tidur. Benar-benar butuh
tidur pulas.
Ahhhhh……………………
Aku menguap untuk kesekian kalinya. Kupejamkan mata dan aku mulai
terbuai alam mimpi.
Tok …tok….
Bunyi ketukan pintu yang membuat aku terbangun dari tidur pulasku.
Ahhhhh…………………
Aku menguap dan merenggangkan otot dan persendianku.
Kupandangi jam butut di dinding kamarku yang mulai terkelupas catnya.
Baru pukul 6 pagi. Masih terlalu pagi. Siapa sih pagi-pagi begini? Tanya ku
sambil bergumam.
Tok… tok… “Hendra… bangun!”
Suara seorang perempuan tua yang membangunkan aku. Suara itu sudah tidak
asing lagi. Itu pasti bu Hartati. Ibu kos yang datang menagih tunggakan uang
bulanan kos, kataku dalam hati.
Dengan tubuh yang masih sedikit sempoyongan aku bangun menuju arah pintu
kamarku. Aku membuka pintu kamarku dan kulihat ibu Hartati telah berdiri dengan
berdecak pinggang dan sorotan mata tuanya yang tajam.
Walah-walah sampeyan baru bangun tidur jam segini. Pantesan rejeki
sampeya serek, habis dipatok ayam.
Aku hanya terdiam mendengar celotehan bu Hartati.
Mana uang tunggakan yang sampeyan janjikan. Saya tak mau dengar tidak
ada lagi. Ini sudah 3 bulan sampeyan menunggak. Saya sudah cukup sabar dan
memberikan sampeyan waktu ngelunasi.
Maaf bu kasi saya sedikit waktu lagi. Saya janji pasti saya akan lunasi.
Edan ya sampeyan. Ini sudah 10 hari saya berikan waktu untuk ngelunasi.
Eh sampeyan minta waktu lagi. Saya tidak mau tahu sampeyan harus melunasi hari
ini juga. Masih banyak yang mau menyewa kamar ini. Kalau sampeyan gak sanggup
bayar ya terpaksa sampeyan tak usir. Tapi barang sampeyan tak sita untuk melunasi
tunggakan. Ya jadi sampeyan keluar atau bayar sekarang.
Tolong bu… kasi sedikit waktu lagi… 2 hari saja. Pasti saya bayar.
Walah tidak bisa, klo sampeyan mau tak kasi waktu sampai nanti malam.
Kalau sampeyan tidak bayar juga terpaksa sampeyan keluar dari sini.
Bu Hartati berlalu pergi dengan rasa jengkel padaku. Ahu hanya terdiam
melihat kepergiannya.
Hati ku malu dan menciut. Kata-katanya bagai belati yang menusuk-nusuk.
Begitu miris dan mengiris. Aku mencoba bangkit dari keterpakuanku. Aku beranjak
kearah tempat handuk ku gantungkan. Niat hatiku ingin mandi, sambil melepas
sisa-sisa penat di tubuh dan jiwaku. Kuraih handuk yang mulai dekil karna lama
tak di cuci. Dengan langkah gontai aku menuju kamar mandi.
Byur…………
Kubasuh badan dengan air yang dingin. Uh… menggigil tubuhku. Sambil
mandi pikiranku melayang memikirkan dari mana harus kudapatkan uang untuk
melunasi tunggakan kos.
Byur…….
Kubasuh lagi tubuhku. Tiba-tiba setan datang dan berbisik padaku.
Membisikkan cara-cara jahat untuk mendapatkan uang. Ah… terlalu beresiko
pikirku lagi.
Tak sengaja tangan kiriku menyentuh kemaluan ku. Sentak aku jadi tergoda
untuk melakukan masturbasi. Lama sudah tak kulakukan hal itu. Dengan penuh
birahi aku memuaskan diriku sendiri. Namun setelah semua selesai sedikit rasa
sesal menghambur di jiwaku. Mengapa slalu bila dalam masalah pelarian ku slalu
begini. Mengapa…??
Segera kuselesaikan mandiku.
Setelah berpakaian aku menoleh kearah meja, ada bungkusan rokok yang
hanya bersisa satu batang rokok. Ah……. betul-betul miskin.
Dengan sigap kuputuskan bangkit dan keluar dari kamar kos ku. Kuhirup
angin segar dan kurasakan dinginnya udara bersama embun pagi.
Tiba-tiba kulihat langkah seorang laki-laki keluar dari kamar salah
seorang anak kos lainnya. Laki-laki paruh baya. Dia sempat melihat ke arahku.
Mungkin ayahnya anak itu pikirku. Tapi aku terkejut waktu dia lewat dari
belakangku, kulihat begitu banyak peluh keringat di seluruh tubuhnya hingga
membasahi seluruh pakaiannya.
Aku mulai mersa aneh. Udara begitu dingin mengapa dia sampai begitu
bercucuran keringat. Aku jadi penasaran. Rasa penasaran yang mendorong ku untuk bangkit dari duduk. Aku melangkah pelan ke arah kamar kos yang
penghuninya tidak begitu ku kenal itu.
Aku terkejut sesampai di depan kamar kos yang pintunya terbuka itu.
Kulihat penghuninya duduk merokok, dia hanya menutup tubuhnya dengan sehelai
kain. Dia melihat ku tajam.
Ada apa Hendra?
Tanyanya dengan lantang.
Aku terkejut karna dia tau namaku.
Kau merasa heran? Ah ini sudah biasa terjadi, kau tak perlu seperti
orang bodoh yang tak tahu apa-apa.
Aku hanya bisa menjawab dengan terbatah-batah.
i..iya…
Sudahlah lupakan saja. Kudengar kau sedang ada masalah keuangan ya?
Berapa lama kau menunggak uang kos?
i…iya. Sudah …ti…ga.. bulan.
Memang kau tidak kerja?
Aku kerja tapi gajinya cuma cukup buat makan. Jawabku dengan kaku.
Sudah kuduga. Memang kalau kerja sepertimu tak akan pernah cukup.
Makanya aku mencari pekerjaan seperti ini.
Maksudnya….?
Ya aku menemani tidur siapa aja yang mau membayarku dengan harga tinggi.
Dan sebaiknya kau juga mencari kerja seperti aku, aku yakin kau tidak
akan pernah kesulitan keuangan lagi.
Apalagi wajahmu yang lumayan itu, pasti banyak wanita yang kehausan birahi
akan menyukaimu.
Aku sungguh terkejut tak dapat membayangkan maksud kata-katanya. Aku
langsung pergi dari kamar itu. Seribu bisikan setan merayu batin, menggoda
dengan janji-janji indah.
***
Hari semakin beranjak sore. Aku galau ditengah kebingungan dan desakan
waktu yang terus bergulir. Aku menjadi semakin tak berdaya. Godaan setan yang
menjanjikan jalan mudah dan cepat untuk mendapatkan uang semakin menggiurkan
aku.
Mungkin ada benarnya perkataan orang yang tinggal di sebelah kamar
kosanku tadi pagi. Apa sebaiknya ku terima tawaran nya. Seribu perang dalam
diriku sendiri. Saling berkecamuk antara baik dan buruk.
Jam dinding di kamarku sudah menunjukan pukul 7 malam. Waktu semakin tak
bersahabat pikirku. pikiranku buntu. Tak ada jalan lain aku harus menerima
tawaran itu. Ya untuk kali ini saja.
Aku bergegas menemui orang yang tinggal di kamar sebelah kosan ku.
Hai selamat malam, sapa ku kaku.
Loe Hendra ….
Ada apa lagi
Aku mau menerima, tawaran kamu tapi cuma sekali ini aja.
Hahahhaha…..
Terserah kamulah Hendra
Sejak itulah awal jalam hitam ini ku tempuh, aku yang hanya berencana
satu kali saja. Malah terjebak dan tak bisa keluar dari jalan yang sesat ini.
Seribul sesal dalam hati tak bisa merubah semua yang terjadi. Aku kini hanya
bisa menyesali langkah yang salah ku ambil.
Kini hanya tinggal penyesalan bersama rasa sakit yang mulai menggerogoti tubuhku yang
meringkih seperti batu lapuk terkena tetesan air ujan terus menerus.
Sudah sebulan sejak aku memeriksakan diri ke rumah sakit umum terdekat
dengan kos-kosan ku. Hasil lab yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku
sendiri hampir tumbang saat medengar seorang dokter tua berkacamata mengatakan
aku terjangkit virus mematikan. Itu buah dari hasil kerja laknatku. Virus yang
belum di temukan obatnya, virus HIV. Rasanya dunia mengutukku dan tuhan marah
dan murka. Inilah hukuman yang harus kutanggung. Hidupku kini hanya tinggal
menghitung detik-detik waktu yang terus berganti. Menanti saat-saat malaikat
maut yang perkasa datang mencabut nyawaku dengan kasar karena jijik padaku.
Beribu sesal bercampur makian pada diri sendiri terasa tak berarti apa-apa.
Aku telah salah dalam melangkah karena keroposnya iman yang
kumiliki. Entahlah, aku hanya bisa berharap tuhan masih mau memaafkan dosaku
dan menerima taubat di sisa-sisa hidupku ini.
WHAT THE FUACK , SAYA TAK BOLEH BACA , TOLONG SAYA!!!!!!!!!!!!!
BalasHapus